Wednesday, October 31, 2012

Prinsip dan Pendekatan Kurikulum [Topik 6]


BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengertian Pengembangan Kurikulum
       Kurikulum merupakan suatu tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman belajar, alat-alat pelajaran dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan. Akan tetapi, dalam memahami hakikat kurikulum sering kali terjadi perbedaan persepsi dan pemahaman. Oleh karena itu, pengertian kurikulum juga memiliki berbagai persepsi tergantung dari sudut pandang masing-masing pelaksananya . Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi.
       Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

2.2  Prinsip – Prinsip Pengembangan Kurikulum
       Dalam usaha untuk mengembangkan kurikulum ada beberapa prinsip dasar yang harus kita perhatikan, agar kurikulum yang kita jalankan benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan. Prinsip dasar yang paling utama yang harus diperhatikan yaitu, prinsip relevansi, prinsip efektivitas, prinsip efisiensi, prinsip kontinuitas, dan prinsip flexibilitas .

2.2.1 Prinsip relevansi
       Relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat kita tinjau dari beberapa segi: pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup murid, kedua, relevansi pendidikan dengan perkembangan kehidupan sekarang dan masa yang akan datang, ketiga, relevansi pendidikan dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan.

2.2.2 Prinsip efektivitas
       Prinsip efektivitas yaitu mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Efektifitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang idrencanakan atau dapat diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.
Didalam bidang pendidikan, efektifitas ini dapat ditinjau dari dua segi efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid.
Efektifitas mengajar guru
Efektifitas guru ini mencakup sejauh mana seorang guru melakaukan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik
Efektifitas belajar murid
Efektifitas belajar ini menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalaui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.

2.2.3 Prinsip efisiensi
       Prinsip efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. Prinsip efisiensi ini perlu kita perhatikan, baik efisiensi dalam segi waktu, tenaga, peralatan, yang tentunya akan menghasilkan efisiensi.

2.2.4 Prinsip kontinuitas
       Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan. Dengan kontinuitas ini dimaksudkan agar hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.

Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah
Dalam menyusun kurikulum tingkat sekolah, hendaknya dipertimbangkan sebagai berikut:
  1. Bahan-bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat sekolah yang berikutnya hendaknya sudah diajarkan pada tingkat sekolah yang sebelumnya.
  2. Bahan pelajaran yang sudah diajarkan pada tingkat sekolah yang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi pada sekolah yang lebih tinggi
  3. Kesinambungan anatara berbagai bidang studi
  4. Bahan yang diajarkan dalam berbagai bidang studi sering menyampaikan hubungan satu sama lainnya. Sehubungan dengan hal itu urutsan dalam penyajian berbagai bidang studi hendaknya diusahakan sedemikian rupa agar hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik.


2.2.5 Prinsip flexibilitas
       Flexibilitas ini maksudnya tidak kaku, artinya adanya semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak. Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi :
  • Flexible dalam memilih program pendidikan

       Maksudnya adalah pengadaaan program-program pilihan yang dapat berbentuk jurusan, program, spesialisasi, ataupun program-program pendidikan ketrampilan yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya.
  • Flexibilitas dalam pengembangan program pengajaran

       Maksudnya ialah memberikan kesempatan kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri program-program pengajaran dengan berpatok tujuan dan bahan pengajaran didalam kurikulum yang masih bersifat umum.

 Dari sumber yang lain didapatkan prinsip – prinsip kurikulum sebagai berikut:
1. Prinsip Berorientasi pada Tujuan
       Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertenru, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai; yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup ketiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang erkandung dalam tujuan pendidikan nasional.

2. Prinsip Relevansi
       Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi, dan sistem penyampaiannya harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
       Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sember yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal

4.Prinsip Fleksibilitas (keluwesan)
       Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi, atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku.
       Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan keterampilan industri dan pertanian. Pelaksanaannya di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian, maka yang dilaksanakan adalah program pendidikan keterampilan industri.

5. Prinsip berkesinambungan
       Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan siswa sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

6. Prinsip keseimbangan
       Penyusunan kurikulum supaya memperhatikan keseimbangan secara proporsional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan antara aspek-aspek prilaku yang ingin di kembangkan. Dengan keseimbangan tersebut diharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yaitu satu sama lainnya saling memberikan sumbangannya terhadap pengembangan pribadi.

7. Prinsip Keterpaduan
       Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan yang bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsurnya yang pelaksanaannya melibatkan semua pihak, baik dilingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral.

8. Prinsip Mutu
       Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan bermutu diukur oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan atau media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional, yang diharapkan.
Adapun prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum. Prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar dan penilaian
  • §  Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
  • §  Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
  • §  Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
  • §  Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
  • §  Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

2.3  Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
       Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
       Pengembangan kurikulum sendiri memiliki makna yang cukup luas. Sukadinata (2000) mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum adalah penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Di satu sisi pengembangan kurikulum merupakan penyusunan seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, hingga pedoman pelaksanaannya (macro curriculum), dan di sisi lain berkenaan dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang telah disusun pusat menjadi rencana dan persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru, seperti penyusunan Rencana Tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan sebagainya (micro curriculum).
       Dengan melihat dua cakupan pengembangan kurikulum, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangannya menurut arahnya. Pertama, pendekatan top down atau pendekatan administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah, dan kedua adalah pendekatan grassroot, yaitu pengembangan kurikulum dari bawah ke atas, yang diawali oleh inisiatif dari bawah kemudian disebarluaskan pada tingkat dan skala yang lebih luas

a. The administrative model
       Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama dan paling banyak digunakan. Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, membentuk suatu Komisi atau Tim Pengarah pengembangan kurikulum. Anggotanya, terdiri dari pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya administrator membentuk Tim Kerja terdiri dari para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guru-guru senior, yang bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional menjabarkan konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan oleh Tim pengarah, seperti merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional, memilih sekuens materi, memilih strategi pembelajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru-guru. Setelah Tim Kerja selesai melaksanakan tugasnya, hasilnya dikaji ulang oleh Tim Pengarah serta para ahli lain yang berwenang atau pejabat yang kompeten.
       Setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut. Karena datangnya dari atas, maka model ini disebut juga model Top – Down. Dalam pelaksanaannya, diperlukan monitoring, pengawasan dan bimbingan. Setelah berjalan beberapa saat perlu dilakukan evaluasi.

b. The grass root model; 
       Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass root tampaknya akan lebih baik.
     Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
       Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk seluruh bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralistik dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
       Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung dilakukan dengan menggunakan pendekatan the grass-root model. Kendati demikian, agar pengembangan kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya, terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah.
Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan pendekatan ini adalah sebagai berikut:
  • 1.     Menyadari adanya masalah, karena pendekatan ini biasanya  diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku.
  • 2.     Mengadakan refleksi, yaitu dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian, internet, diskusi, wawancara dsb.
  • 3.     Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, dengan memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya.
  • 4.     Menentukan  hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Penentuan di sini juga disertai dengan kajian terhadap berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih dini untuk dapat diatasi.
  • 5.     Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga masalah yang dihadapi dapat terpecahkan. Di sini bisa dilakukan dengan diskusi antar teman sejawat.
  • 6.   Membuat  dan  menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grassroot. Langkah  ini penting dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain sehingga hasil pengembangan tersebut semakin tersebar.

       Pendekatan kurikulum juga diartikan cara kerja dengan cara menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikut langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghaislkan kurikulum yang lebih baik.
Ada berbagai macam pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kurikulum, yaitu :

Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran
       Mula-mula pelaksanan dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum itu berdasarkan materi. Initi dari proses belajar megajara ialah ditentukan oleh pemilihan materi. Pendekatan ini diterapkan di Indonesia dalm kurikulum sebelum kurikulum 1975. Kelebihan pendekatan ini ialah bahan pengajaran lebih flexible dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya ialah tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran .

Pendekatan berorientasi pada tujuan
       Pendekatn ini menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar megajar . Penyusunana dengan pendekatan berdasarkan tujuan bahwa tujuan pendidikan dicantumkan terlebih dahulu. Dari tujuan-tujuan ini menjadi tujuan yang terperinci, yang akhirnya ke tujuan yang bersifat operasional.

Pendekatan dengan pola organisasi bahan
       Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan: subject matter curicululm, correlated curriculum, dan integrated curriculum.
  • §   Pendekatan pola subject matter curriculum. Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumu, biologi dan lainnya. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
  • §   Pendekatan pola correlated curriculum. Pendekatan dengan pola mengkelompokkan beberapa mata pelajaran yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Misalnya: IPA, IPS, dan sebagainya.
  • §  Pendekatan pola integrated curriculum. Pendekatan ini didasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak hanya merupakan kesimpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Dalam hal ini, tidak hanya melalui pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batas tertentu dan masing-masing bahan pelajaran.

Pendekatan  rekonstruksionalisme
       Pendektan ini memfokuskan kurikulum pada masalah penting dayng dihadapi masyarakat, seperti polusi, ledakan, penduduk, malapetaka akibat tujuan teknologi. Dalam gerakan ini terdapat dua kelompok yang sangat berbeda pandangan terhadap kurkulum, yaitu :

Rekonstruksionalisme konservatif
       Pendekatan ini mneganjurkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
Rekonstruksionalisme radikal
       Pendekatan ini menganjurkan agar pendidik formal maupun non0formal mengabdikan diri demi tercapainya tatanan social baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
Pendekatan humanistic
       Kurikulum ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bahan integral dari proses belajar. Para pendidk humanistic yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.
Pendekatan humanistic dalam kurikulum didasarkan atas asumsi-asumsi yang berikut:
  • §  Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan sepenuhnya.
  • §  Siswa yang diturut-sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelajaran akan merasa  bertanggung jawab atas keberhasilannya.
  • §  Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling mempercayai, saling membantu, dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
  • §  Guru yang berperan sebagai fasilitator  belajar memberi tanggung jawab kepada siswa atas kegiatan belajarnya.
  • §  Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam penguasaan bahan pelajaran itu.
  • §  Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga diri.

Pendekatan akuntabilitas
       Accountability lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal penting dalam dunia pendidikan. Suatu sistem yang akuntabel menentukan standard an tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa unruk mencapai satandar itu.
Pendekatan bidang studi (pendekatan subjek atau disiplin ilmu)
       Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum misalnya matematika, sains, sejarah IPS, IPA, dan sebagainya
       Seperti yang lazim kita dapati dalam sistim pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan universitas. Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu. Tipe organisasi ini sesuai dengan falsafah realisme. Pendekatan ini paling mudah dibandingkan dengan pendekatan lainnya oleh sebab disiplin ilmu telah jelas Batasannya dan karena itu lebih mudah mempertanggung jawabkan apa yang diajarkan   

Pendekatan Broad-field
       Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa disiplin atau mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu pengetahuan tidak berada dalam vakum atau kehampaan akan tetapi merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.
       Pendekatan broad-field ini juga dapat digunakan agar siswa memahami hubungan yang kompleks antara kejadian-kejadian di dunia, misalnya antara perang vietnam dan korea dengan kebangkitan ekonomi jepang dan lain-lain.

Pendekatan Kurikulum Inti(core curriculum)
        Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad-field, karena juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu. kurikulum diberikan berdasarkan suatu masalah sosial atau personal. Untuk memecahkan masalah itu digunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah itu.

Pendekatan Kurikulum Inti di Perguruan Tinggi
       Istilah inti (core) juga digunakan dalam kurikulum Perguruan Tinggi. Dengan “core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok yang diambil dari semua disiplin ilmu yang dianggap esensial mengenai kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang dianggap layak dimiliki oleh tiap orang terdidik dan terpelajar.

Pendekatan Pembangunan Nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur :
a.       Pendidikan kewarganegaraan
Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam tiga kategori:
  • §  Warganegara yang apatis
  • §  Warganegara yang pasif
  • §  Warganegara yang aktif

b.         Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki.



c.           Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari- hari dapat dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
  • §  Keterampilan untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi suatu negara.
  • §  Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat. 
  • §  Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
  • §  Keterampilan sebagai warganegara yang baik.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

       Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.

       Dalam usaha untuk mengembangkan kurikulum ada beberapa prinsip dasar yang harus kita perhatikan, agar kurikulum yang kita jalankan benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan. Prinsip dasar yang paling utama yang harus diperhatikan yaitu, prinsip relevansi, prinsip efektivitas, prinsip efisiensi, prinsip kontinuitas, prinsip flexibilitas,prinsip keseimbangan, prinsip kesinambungan ,prinsip keterpuaduan, prinsip mutu ,prinsip berorientasi pada tujuan,prinsip relevansi, prinsip efisiensi dan efektivitas .

       Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.

       Dengan melihat dua cakupan pengembangan kurikulum, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangannya menurut arahnya. Pertama, pendekatan  top down atau  pendekatan administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah, dan kedua adalah pendekatan grassroot, yaitu pengembangan kurikulum dari bawah ke atas, yang diawali oleh inisiatif dari bawah kemudian disebarluaskan pada tingkat dan skala yang lebih luas.

       Pendekatan  kurikulum juga diartikan cara kerja dengan cara menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Diantaranya yang lain adalah pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran , pendekatan berorientasi pada tujuan, pendekatan dengan pola organisasi bahan, pendekatan  rekonstruksionalisme, pendekatan humanistic, pendekatan akuntabilitas, pendekatan kurikulum inti(core curriculum), pendekatan pembangunan nasional,pendekatan kurikulum inti di Perguruan Tinggi, pendekatan Broad- field, dan pendekatan bidang studi (disiplin ilmu).



DAFTAR PUSTAKA

Prinsip dan Pendekatan Pengembangan Kurikulum.http:// ahmadsudradjat.wordpress.com (diakses tanggal
Dra, Subandijan,., 1996. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Soetopo, Drs. Hendiyat, 1982. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara.
Idi, Dr. Abdullah. 2009. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik . Jogjakarta: Ar-Ruzz Meda.


0 comments: